Linux, Alternatif Yang Handal
Monday, October 31, 2005
Oleh EDNA C PATTISINA dan LUSIANA INDRIASARIKompas, Minggu, 30 Oktober 2005
"Gratis? Jelek dong!" Begitu kira-kira pikiran pertama saat mendengar nama linux, sebuah sistem operasi komputer yang disebarkan secara gratis. Padahal, di tengah tuntutan denda yang tinggi dan razia terhadap para pembajak dan penggunanya, Linux bisa menjadi alternatif yang andal.
Sama seperti sistem operasi MS-DOS, MacOS, IBM OS/2 Warp, Windows NT, dan Windows 2000, Linux bertugas menghubungkan perangkat keras dan perangkat luna komputer. "Perbedaan paling mendasar antara Linux dan sistem operasi lainnya adalah masalah hak cipta", kata pakar teknologi informasi Onno W Purbo. Dibuat sebagai open source, LinuX bisa diperoleh di internet secara gratis, dapat dikopi, dan dapat dipergunakan siapa saja tanpa membayar kepada siapa pun.
Oleh karena itu Linux sangat menguntungkan bagi semua pihak. Untuk rumah tangga, misalnya, selain bisa mengambil secara gratis dar internet, program aplikasi Linux juga bisa diperoleh di berbagai toko dalam bentuk CD-ROM dengan harga sekitar Rp. 50.000. Angka ini tentu sangat rendah bila dibandingkan dengan harga program-program berhak cipta yang harganya mencapai 300-500 dollar AS.
Keluhan yang biasa muncul adalah Linux tidak mudah digunakan. Padalah ini hanya masalah kebiasaan saja. Onno mencontohkan, dulu orang terbiasa mengetik dengan program Wordstar, lalu perlu sedikit usaha untuk pindah ke WordPerfect. Setelah nyaman dengan WordPerfect, muncul program Microsoft Word (MSWord) yang untuk menggunakannya perlu sedikit belajar lagi. Kini tibalah saatnya untuk kembali sedikit beradaptasi dengan Linux, demi berbagai tujuan, seperti menghindari tuduhan pembajakan dan penghematan uang. Onno menyodorkan berbagai alternatif program dengan berbasis sistem operasi Linux. Ia memfavoritkan AbiWord. Alasannya adalah selain mudah membaca program-program yang dihasilkan MSWord, banyak fasilitas editing, dan tampilan yang tidak jauh berbeda dengan MSWord.
Selain AbiWord, juga ada StarOffice, Lyx, Maxwell, dan Ted untuk pemrosesan kata. Untuk membantu perhitungan ada program seperti Abacus, abs, dan Wings. Sementara untuk presentasi, Impress dan Magic Point bisa digunakan.
Untuk penggunaan-penggunaan yang dasar, seperti mengetik, membuat presentasi, menghitung, e-mail, web-browsing, dan multimedia, Linux sudah lebih dari mampu memfasilitasinya. Trias Adijaya, technical consultan di sebuah perusahaan teknologi informasi, mengatakan, ia menggunakan aplikasi untuk mengetik dan presentasi kira-kira 80 persen dari total pekerjaannya sehari-hari.
"Jarang ngehang dan enggak ada virus", kata Trias. Hal ini dibenarkan Reza Sutedja, Direktur Trabas, sebuah perusahaan perangkat lunak yang membuat program-program aplikasi dengan basis Linux. Contoh yang disampaikan Rheza adalah untuk mengetik, di mana program Open Office v 2.0 telah memiliki fitur-fitur yang hampir sama dengan program office yang memiliki hak cipta seperti Microsoft Office 2003.
Komunitas penggemarnya
Bagi mereka yang awam, komunitas penggemar Linux telah menyediakan berbagai fasilitas yang siap pakai. Daripada memilih satu per satu program untuk dipasang di komputer yang kadang-kadang menimbulkan kebingungan tersendiri, telah tersedia konfigurasi siap 'pakai (distro) dengan nama-nama seperti Red Hat, Mandrake/Mandriva, dan SuSe. Harganya belasan hingga puluhan dollar AS, tergantung kelengkapan dan kekhususannya.
"Linux juga membuat kita bisa berkompetisi dengan posisi tawar yang setara secara global," kata Rheza. PaSalnya, dalam membuat program-program aplikasi, kalau menggunakan program berhak cipta, ada uang yang harus dibayarkan kepada perusahaan pembuat program tersebut. Akibatnya, ongkos produksi menjadi tinggi. Sedangkan dengan menggunakan Linux, biaya tersebut bisa ditiadakan, dan akhirnya yang mengemuka adalah keandalan program itu sendiri. " Istilahnya, batas akhirnya hanya kemampuan kita dan imajinasi'kata Rheza, yang menggunakan Linux sejak tahun 1995.
Walaupun tengah menjadi tren dan terus memperbaiki diri, para pengguna Linux mengaku masih ada hal-hal yang perlu diperbaiki dalam sistem operasi ini. Untungnya, sifatnya yang terbuka dan dibuat oleh banyak komunitas membuat perbaikan Linux bisa berlangsung dalam waktu singkat.
"Integritas kelompok pemrogram Linux yang mengeluarkan sebuah program akan cepat-cepat memperbaiki kalau ternyata ada bolongnya," kata Rheza.
Beberapa kekurangan Linux yang dirasakan Trias, antara lain adalah saat mengkonversi tulisan yang menggunakan huruf-huruf dari program office lain. Jenis karakter yang khas muncul dalam bentuk huruf yang standar pada Linux. Atau, pada saat chatting dengan Gaim, masih ada fitur yang kurang lengkap, seperti ketidakmampuan untuk melihat gambar profile orang yang kita ajak ngobrol. Dengan berbagai kekurangannya, Linux telah hadir sebagai sebuah bentuk alternatif yang gratis sekaligus andal. Hati orang pun boleh lega karena aman dari tuduhan dan denda membajak.
Lisensi Publik
Linux bebas diakses melalui internet tanpa dipungut biaya karena sistem operasi ini menggunakan hak cipta publik yang dikenal sebagai GNU Public License (GPL). Prinsip dasar GPL berbeda dengan hak cipta yang biasa digunakan termasuk Undang-Undang Hak Cipta yang dikembangkan di Indonesia.
GPL pada dasarnya memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada pencipta perangkat lunak untuk mengembangkan kreasi perangkatnya, dan menyebarkan secara bebas untuk publik. Ini jelas berbeda dengan pengembangan dan penyebaran perangkat lunak buatan Microsoft yang semuanya harus dibeli.
Dengan GPL, perangkat lunak Linux dapat digunakan cuma-cuma di seluruh dunia. Meski begitu, ada batasan norma, nilai, dan etika dalam pengembangan software ini. Misalkan saja, ada orang yang mengambil software GPL, kemudian mengemasnya menjadi software lain dan mengklaim software tersebut ciptaannya. "Itu sama sekali tidak etis," kata Onno W Purbo.
Meski mengambil Linux lewat internet tak harus membayar hak cipta, namun instalasi dari internet ini dianggap mahal oleh sebagian orang. Pasalnya, akses internet dikenai biaya pulsa telepon yang relatif mahal. Bagi yang keberatan, mereka bisa membeli CD Linux di pasaran seharga Rp 20.000- Rp 30.000 per keping. CD juga bisa diambil pada situs internet seperti http://fedora.cbn.net.id atau http://kambing.vlsm.org.
Dukungan Komunitas
Oleh karena gratis, Linux tidak memiliki layanan dari pembuatnya. Salah satu cara agar bisa mendapatkan layanan Linux adalah menghubungi komunitas Linux yang banyak tersebar pada mailing list atau tempat diskusi melalui email di internet.
Melalui mailing list tersebut, seseorang yang mengalami kesulitan dalam menggunakan Linux dapat memperoleh bantuan dari orang lain. Prinsip gotong royong terasa sangat kuat dalam komunitas pengguna Linux.
Tempat mangkal para pengguna Linux dapat di akses lewat http://www.linux.or.id. Bagi yang ingin mengetahui soal instalasi dan mengakses tempat nongkrong pendatang baru Linux dapat melihat pada linux-setup@linux.or.id.
Sedangkan yang ingin melihat administrasi sistem, network, users, dan groups dapat mengakses linux-admin@linux.or.id. Ada lagi linux-aktivis@linux.or.id untuk ikut diskusi mengenai keorganisasian Linux Indonesia dan pemasyarakatan Linux. Sedangkan kursus Linux virtual di internet dapat dilihat pada kursus-linux@egroups.com.